Pages

BeatMaster Radio

Free Shoutcast HostingRadio Stream Hosting

Aug 16, 2007

jEjAk pARA PEJUANG

Suroso yang kini kini sudah berusia 75 tahun , masih telihat sigap melangkahkan kakinya menuju gedung juang 45 di Kota Semarang . Ditengah kesibukan laluntas, didepan kantor itu , Suroso terus menapakan kakinya meski terik Matahari terasa menyengat kulit . Wajah tuanya , tidak menunjukan kelelahan atapun keletihan, ketika harus menapaki tangga saat menuju ruang kerjanya di Kantor Legiun Veteran yang berada di Gedung Juang 45 Semarang .

Sesaat setelah sampai di kantor , Suroso mencoba menceritakan kisahnya sewaktu masih menjadi Angkatan Udara saat mengusir Jepang dari Bumi Pertiwi . Satu persatu peristiwa peperangan dengan Jepang sebelum Proklasi 17 Angustus 45 , di ceritakannya kepada beberapa pemuda yang saat itu sudah menunggu di ruang kerjanya . Diawal ceritanya , Suroso menuturkan, bahwa saat itu para tentara dan pemuda mengusir penjajah tanpa bekal senjata yang canggih . Meski begitu seluruh pejuang dan rakyat tetap memiliki semangat dengan berbekal semboyan Merdeka atau Mati .

Rakyat dan tentara saat itu, tidak memikirkan mendapatkan senjata modern . Segala sesuatu yang ada di sekitarnya , dimanfaakan menjadi senjata dalam mengusir musuh .

Surosos menceritakan , meski menghadapi tentara Jepang yang bersenjatakan peralatan Canggih , para pemuda terus berjuang tanpa menyerah . Hanya berbekal semangat , terbukti para pemuda mampu merebut kemerdekaan dan mempertahankan Nusantara dari penguasaan penjajah .

Pada tanggal 17 Agustus 45 , Sukarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, yang disambut suka cita seluruh bangsa Indonesia .

Bagi Suroso , kemerdekaan itu bukan sebuah hadiah dari siapapun . Baginya , kemerdekaan itu merupakan hasil dari jerih payah perjuangan, para tentara , pemuda dan seluruh bangsa Indonesia . Suroso juga menganggap , kemerdekaan bukan ahir dari perjuangan tetapi justru sebuah awal perjuangan yang lebih berat menuju titik selanjutnya .

Mantan Tentara Pelajar Suhartono beranggapan , Proklamasi Kemerdekaan hanya sebuah tanda sebuah kebebasan dari penjajah . Dikala itu , para pejuang terus melakukan estafet perjuangan dari generasi ke generasi .
Teladan seperti itupun , semestinya di lakukan generasi saat ini, sehingga tidak hanya mengisi Kemerdekaan dengan hura hura .

Kisah perjuangan juga di ungkapkan oleh Purnawirawan TNI , yang bertugas pada era pasca Kemerdekaan . Muslih seorang mantan anggota Banteng Raiders , mengaku pernah berjibaku dalam medan perang, tepatnya saat merebut Timor-Timur . Meski telah membawa senjata , perjuangannya bersama anggota Pasukan yang lain Muslih tetap bertepegang rela Mati demi tegaknya bumi pertiwi .

Sungguh sangat di sesalkan , ketika kemerdekaan sudah dapat di nikmati oleh Bangsa Indonesia, sebagian masyarakat sudah bergelimang dengan harta, tetapi nasib para pejuang terbaikan . Tidak sedikit , para pejuang kemerdekaan kini hidup ditengah kesulitan ekonomi . Para Veteran banyak yang sangan sulit untuk untuk mencukupi kebutuhan pangan sehari – hari . Setidaknya pernyataan itu diungkapkan oleh Mantan Anggota ALRI Divisi 4 Kalimantan Ahmad Tukacil .

Kini kemerdekaan Indonesia telah berusia 62 tahun . Jumlah pelaku dan saksi sejarah kemerdekaan , hari demi hari semakin berkurang . Kita sebagai generasi , semestinya tetap memegang semangat perjuangan merka hingga kapanpun . Para pejuang , tidak berharap untuk di agung-agungkan atapun juga di kultuskan . Tidak ada jeleknya , jika nilai-nilai perjuangannya terus di tanam dan diajarkan , kepada generasi secara terus menerus .

-Didin Wahidin-

1 comments:

Anonymous said...

smangat nasionalisme yang berkobar, keikhlasan berkontribusi dan berkorban minim keluh... akan membuat negri ini jaya.

jabat tangan erat-erat, saudaraku. merdeka!!!