Pages

BeatMaster Radio

Free Shoutcast HostingRadio Stream Hosting

Jul 27, 2011

Kebaikan dan Egoisme

Bookmark and Share

Suatu hari seorang pemuda berdoa dan dalam doanya itu, dia meminta untuk diperlihatkan seperti apa bentuk Neraka dan Sorga. Tuhan kemudian menuntunnya dan membawa masuk ke dalam sebuah ruangan. Ruangan itu sangat besar dan tepat di tengah-tengah ruangan itu ada sebuah meja bundar yang sangat besar dan mampu menampung banyak orang.

Tepat di tengah meja itu, ada semangkuk sup dalam ukuran sangat besar dan beraroma sangat lezat, membuat orang-orang tidak sabar ingin segera mencicipinya. Di sekeliling meja itu duduk orang-orang yang kurus dan tampak sangat kelaparan. Letak sup itu jauh dari jangkauan tangan, sehingga orang-orang tidak bisa berdiri dan mencedoknya.

Untuk mengambilnya mereka harus menggunakan sebuah sendok yang bergagang panjang dan terikat pada lengan masing-masing. Karena sendok terlalu panjang, mereka tidak dapat mencedoknya dan memasukkannya ke mulut mereka, akibatnya sup itu berceceran kemana-mana. Tak heran, sekalipun ada sup lezat di depan mata mereka, tubuh mereka tetap kurus dan sangat kelaparan.

Melihat hal ini, tubuh si pemuda merinding, menyaksikan penderitaan dan kesengsaraan di depan matanya. Lamat-lamat, Tuhan berkata, “Itulah Neraka. Sekarang ikutlah Aku, masuk ke ruangan yang lain.”

Dari kejauhan mulai terdengar gelak tawa yang tak henti-hentinya dan begitu memasuki ruangan itu terasa atmosfir yang menghangatkan dan aroma sup menerbitkan air liur memenuhi udara di tempat itu.

Tepat di tengah-tengah ruangan itu ada sebuah meja yang sangat besar dan semangkuk sup ukuran sangat besar, sama seperti yang ada di ruangan pertama. Yang membedakan adalah tubuh orang-orang-orang di ruangan kedua, sehat, kuat, berisi dan diwajah mereka selalu tersungging sebuah senyuman atau tawa.

Melihat hal ini, si pemuda menjadi bingung dan bertanya kepada Tuhan, “Apa yang terjadi? Mengapa di ruangan ini, orang-orangnya terlihat bahagia, sangat kontras dengan keadaan orang-orang di ruangan kesatu?”

Tuhan berkata, “Sangat sederhana, yang dibutuhkan hanyalah satu, yaitu kebaikan. Perhatikan, orang-orang ini dengan rela menyuapi orang lain yang dapat dicapainya dengan sendok tersebut, sedangkan yang di ruangan lain orang-orang itu serakah. Hanya memikirkan kepentingan sendiri.”

PESAN MORAL: Ketika kita melakukan kebaikan dan berbelas kasihan terhadap sesama, itu adalah Sorga di bumi. Namun kita akan menjadikan Neraka di bumi, ketika kita bersikap egois dan sudah tidak peduli lagi akan kebutuhan sesama.

Sumber: TerangDunia

Read More......

Jul 21, 2011

Rupanya, Rel Kereta Rawabuaya Berkhasiat

Bookmark and Share

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB, 20 orang yang terdiri dari pria dan wanita, tua dan muda mulai berkumpul di pinggir rel kereta dekat Stasiun Rawabuaya, Jakarta Barat.

Beberapa di antaranya tampak membawa bantal dan payung, lainnya mulai menyingsingkan celana dan bajunya. Tak lama, mereka pun mulai merebahkan diri di atas rel kereta. Sontak saja, aliran listrik rel kereta menjalar ke sekujur tubuh.

Tanpa disadari, tangan yang direntangkan sambil memegangi rel mulai bergetar, kaki pun tak kalah hebatnya bergetar. Bukannya takut, mereka justru tampak menikmatinya. "Habis enak sih, sudah terbiasa saya datang ke sini," ujar Kusmiati (61), warga Duri Kosambi, Rabu (20/7/2011), saat dijumpai di lokasi.

Kusmiati bercerita dirinya mulai merebahkan diri di rel kereta api sejak tahun 2010. Saat itu, Kumiati menderita berbagai macam penyakit mulai dari Diabetes, darah tinggi, sulit tidur hingga migrain.

Berbagai macam cara telah ditempuhnya mulai dari berobat di rumah sakit sampai mengikuti terapi batu giok. "Hasilnya nihil. Uang terbuang percuma tapi tetap tidak ada perbaikan," akunya.

Ketika segala macam upaya tak membuahkan hasil, tetangga Kumiati memberitahukan adanya terapi rel listrik di Rawabuaya. "Saya pikir awalnya. Ah, kayak orang gila stress aja tiduran di rel," ucapnya.

Namun, setelah dicoba sekitar tiga bulan, pernyakit Kumiati pun mulai berkurang. Kumiati mengaku sudah bisa tidur lelap, tidak lagi pusing, dan darah tinggi serta diabetesnya semakin berkurang. "Syukur sekarang udah enakan. Makanya karena saya merasa enak, nyaris tiap hari saya selalu ke sini," ujar Kumiati.

Hal yang sama juga diutarakan Sri (50), warga Duri Kosambi. Tahun 2010, Sri mengalami sakit parah separuh bagian tubuhnya nyaris lumpuh akibat stroke. "Saya nggak bisa jalan, bibir sampai mencong-mencong begitu," ujarnya.

Jarum suntik kerap menghujam dirinya untuk memperbaiki kondisinya itu. Namun, sama seperti Kumiati, Sri pun tak merasa kondisinya membaik. Seorang tetangga akhirnya menyarankan untuk terapi listrik di Stasiun Rawabuaya. "Saya dulu dibawa ke sini sampai harus dibopong karena tidak bisa jalan," tutur Sri.

Namun, kini Sri sudah bisa berjalan lagi dan tiap hari selalu menyempatkan diri merebahkan diri di rel kereta Rawabuaya. "Jadi ketagihan. Karena terasanya enak di badan," ungkap Sri.

Sri biasanya melakukan terapi rel listrik selama satu jam tiap harinya. Cerita Sri dan Kumiati hanyalah cerita dari segilintir kepercayaan warga akan khasiat aliran listrik yang berasal dari kereta api. Setiap pagi dan sore harinya, rel kereta di stasiun Rawabuaya dipadati oleh sekitar 20-30 warga yang berbaring dengan santai.

Saat akhir pekan, warga yang datang bisa sekitar 50 orang dan berasal dari berbagai wilayah di luar Jakarta. Seakan berbaring di pantai, para warga ini sama sekali tidak khawatir akan sengatan listrik yang ditimbulkan atau pun lalu lintas kereta api di rel itu. "Tenang saja, karena kita sudah sering di sini jadi hapal jam berapa saja kereta datang," ucap Budi (51), warga Rawabuaya.

Budi yang juga seorang kepala sekolah ini mengatakan lalu lintas kereta di Rawabuaya sangat minim dan hanya ada setiap 1-1,5 jam sekali. "Kalau ada kereta akan lewat, petugas stasiun akan peringatin kami. Nah, kami akan menjauh, kalau keretanya sudah lewat, kami rebahan lagi," kata Budi.

Budi menuturkan setiap harinya pengunjung bertambah karena mulai munculnya cerita khasiat listrik di rel Rawabuaya. "Wallahualam, tapi saya rasakan khasiatnya," aku Budi yang sudah enam bulan menjalani terapi ini.

Sumber: Kompas

Read More......

Jul 4, 2011

Ozon Kutub Utara Hampir Berlubang

Bookmark and Share

Ozon terus menipis, bahkan nyaris berlubang di Kutub Utara. Penurunan temperatur stratosfer yang jadi penyebab.

Penyebab terbentuknya lubang ozon ada tiga, menurut Profesor Ross Salawitch, ahli kimia dan biokimia dari University of Maryland, yang mempelajari kandungan zat kimia di atmosfer. Ketiganya adalah sinar matahari, halogen, dan temperatur rendah.


Saat temperatur turun melebihi ambang batas, awan terbentuk di stratosfer. Halogen, khususnya polutan, seperti klorin dan brom, berubah menjadi senyawa kimia yang bereaksi dengan cepat di ozon. "Semua berubah drastis," kata Salawitch.

Tahun ini sistem angin kutub yang dikenal dengan nama "pusaran kutub" sangat tenang dan stabil. Hal itu berperan dalam menurunkan temperatur di daerah Kutub Utara. Penurunan drastis ini, jika terjadi di Kutub Selatan, dipastikan bisa membentuk lubang ozon karena lapisan ozon di sana lebih tipis daripada di Kutub Utara.

Saat ini pusaran angin sudah menghilang dan udara dari luar Kutub Utara yang lebih hangat bisa masuk dan memperbaiki lapisan ozon.

Jika ozon berlubang, semakin banyak radiasi ultraviolet yang mencapai bumi yang bisa memicu penyakit kulit. Dengan lapisan ozon yang semakin tipis saja orang berkulit sensitif akan semakin mudah terbakar sinar matahari.

Sumber: Kompas

Read More......