Pages

BeatMaster Radio

Free Shoutcast HostingRadio Stream Hosting

Aug 27, 2009

* Jangan Menikah Karena...*

Bagaimana cara berpacaran yang baik?

80% masalah keluarga yang timbul setelah pernikahan adalah disebabkan karena masa pacaran yang tidak baik.Dan selama pacaran yang tidak baik ini seperti menaruh bom waktu yang akan meledak ketika
seseorang melanjutkan pacarannya ke jenjang pernikahan.Banyak orang berpacaran dengan melalui pergaulan yang tidak sehat.Padahal Tuhan rencanakan banyak hal baik yang dimulai dari pergaulan.

*"Janganlah kamu sesat: pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik"*.

Berikut adalah motivasi salah dalam berpacaran yang terkadang terdapat dalam pikiran, dan hal ini kita terus bawa hingga perkawinan:

*Masalah usia*
Sering kita menganggap kalau kita harus menikah di usia tertentu yang kita anggap sudah cukup.
Hal ini salah. Allah punya rencana untuk tiap mahluk-Nya berbeda-beda.Dan usia tiap orang untuk menikah berbeda-beda.Untuk itu hendaknya kita tidak menghakimi teman kita yang sering kali dianggap 'perawan tua' atau semacamnya. Usia matang bukan berarti obral besar-besaran, namun bukan juga tetap jual mahal.


*Rasa kesepian*
Jangan menikah bila kita belum menang dari rasa kesepian kita.
Faktor ini terkadang terjadi pada kaum wanita.
Dengan anggapan bahwa dirinya kesepian, maka ia akan menerima siapa saja yang tertarik dengannya.

*Tekanan dari orang tua atau teman*
Ingatlah bahwa kita menikah karena rencana Tuhan, dan bukan atas dasar tekanan dari orang lain.Berusaha membuat senang orang tua atau teman suatu saat akan membahayakan hubungan, apalagi jika masuk dalam pernikahan.

*Merasa sudah cocok*
Disaat kita menemukan calon, dan kita merasa sudah cocok, hati-hatilah!Kita harus teliti lebih jauh tentang diri pasangan kita.Seperti cerita, sepasang muda-mudi yang merasa bahwa pasangannya itu baik dan segera akan menikah karena kebaikan pasangannya itu.Ingat! bahwa kita bukan mencari orang baik untuk dijadikan pasangan hidup, tetapi orang benar.Karena orang baik belum tentu orang benar, tetapi orang benar pasti seorang yang baik.

*Alasan Materi*
Seperti warisan, kekayaan dan jabatan yang sifatnya tidak kekal dan hanya menjadikan manusia rakus harta. Banyak orang mengganggap kebahagiaan tergantung harta banyak sehingga mereka berani menjual imannya demi pasangan yang dianggap mapan.
Ini salah besar.Tuhanlah sumber kebahagiaan sehingga meninggalkan iman artinya melepaskan diri dari damai sejahtera yang dijanjikan Tuhan.

*Asmara atau ketertarikan jasmani*
Ingatlah janganlah menginginkan kecantikannya dalam hatimu, janganlah terpikat oleh bulu matanya.Karena apabila kita sudah menjadi tua pun semua kecantikan itu akan hilang.

*Hasrat dan Nafsu Biologis*
Ini dikhususkan untuk kaum pria.Janganlah menikah bila seorang pria belum menang dalam hal kekudusan atau nafsu.
Janganlah berpikir kalau menikah adalah alternatif lain untuk seorang pria daripada ia lari ke berbuat dosa.Menikahlah dengan niatan atau maksud baik.

*Kuasa gelap*
Janganlah kita sekali-kali memakai cara ini dalam menentukan pasangan hidup kita.
Ingat apa yang ditabur itu yang akan dituai.
Iblis mungkin akan memberikan kepada kita wanita yang sempurna, pria yang sempurna seperti yang kita idamkan, tapi ia akan memberikan kuitansi pada kita.

Misalnya: perkawinan anda hanya berumur lima tahun, atau anak yang anda lahirkan akan idiot, atau anda harus mengalami sakit-penyakit, masalah dengan bisnis anda,dan sebagainya.
Tapi kalau kita meminta pada Tuhan, DIA memberikan yang menurutNya terbaik untuk kita, malah Ia akan memberikan damai sejahtera kepada keluarga kita selamanya, yang tidak akan dapat ditukar dengan uang seberapa besarnya pun. Jadi jangan pernah berpikir: *"Bila cinta ditolak,dukun bertindak".*

* Jika Menikah Adalah Prioritas... *
Jika menikah adalah salah satu prioritas yang ingin dicapai, maka penting untuk mengetahui, apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum masuk ke dalamnya.. Selain itu, kita perlu juga memperhatikan keseimbangan antara aktivitas-aktivitas persiapan yang dilakukan untuk mencapai rencana tersebut.

Berdasarkan survei, mayoritas orang menghabiskan waktu dan energi untuk mempersiapkan pernikahan sebatas urusan finansial.Karena itu, banyak yang bekerja rodi siang dan malam supaya bisa mengkredit rumah, mobil, dan segala kebutuha pernikahan lainnya.

Pergi dari rumah jam 7 pagi, baru pulang lagi jam 9 malam.
Sabtu juga kerja, dari siang sampai sore. Bisa sampai malam kalau tiba-tiba ada klien penting yang berkunjung.
Minggu pagi menjadi waktu terbaik untuk "tewas" dengan tenang di tempat tidur.
Minggu siang bertemu dengan pasangan untuk makan siang bersama, jalan-jalan di mall, atau ke pameran furniture untuk mulai mencari perlengkapan rumah tangga.
Mingu sore ke gereja lalu mencari cafe untuk makan malam bersama.
Di situlah, selama kurang lebih 1 jam, akhirnya ada waktu untuk bicara dari hati ke hati.
Tapi hanya itu. Satu jam seminggu untuk bicara dengannya.
Dan beberapa bulan kemudian, atas desakan orang tua dan calon mertua yang selalu berkata, "*Cepat menikah, sudah umur berapa sekarang*?" lonceng pernikahanpun segera dibunyikan.

Demikian intisari dari survei sederhana yang dilakukan oleh Young Life Indonesia (YLI), sebuah *ministry* yang bergerak di kajian kepemimpinan kaum muda dan profesional Indonesia .

Analogi dari situasi ini adalah orang yang hendak membangun rumah.
Dia bekerja mati-matian supaya bisa membeli semen, batu, pasir, cat, dan sebagainya.
Tapi, di saat-saat terakhir, dia tidak tahu apakah tanah tempat dia akan membangun rumah itu cukup kuat untuk dijadikan fondasi.Dan dia juga sebenarnya tidak yakin, rumah dengan gaya seperti apakah yang akan dibangunnya.Pokoknya rumah, bentuknya seperti apa, bagaimana nanti! Bukankah Tuhan akan menolong?

*Ada 4 aspek aktivitas yang digunakan untuk melihat apakah aktivitas seseorang sudah seimbang atau belum:*
1. Pekerjaan
2. Pengaturan hidup atau disiplin diri
3. Pengembangan diri atau pembelajaran
4. Hubungan dengan orang lain

Sementara itu, definisi "seimbang" di sini dilihat dari 2 dimensi:
- keseimbangan aktivitas-aktivitas yang dijalankan
- kesesuaian antara rencana dengan aktivitas-aktivitas tersebut.

Hasil surveinya, 67% dari 31 orang yang diriset menunjukkan ketidakseimbangan dalam beraktivitas.
Sedang dalam dimensi kedua, 9% lebih melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak terkait sama sekali dengan apa yang direncanakan, dan sekitar 45% melakukan aktivitas-aktivitas yang kurang terkait dengan rencana.

Riset sederhana ini memang tidak membahas apa dampak dari ketidakseimbangan itu.
Tapi tingginya tingkat kesibukan para konselor pernikahan di gereja-gereja, dan maraknya perceraian di antara pasangan-pasangan muda, merupakan indikasi nyata dari banyaknya orang yang dibutakan oleh cinta dan segera menikah lalu membangun rumah tangga, tanpa memiliki fondasi yang kuat secara seimbang.

Beberapa persiapan yang perlu dilakukan selain finansial antara lain:

*Mengenal Diri Pasangan Yang Asli*
Persiapan yang seringkali tidak dilakukan calon suami istri adalah mengekplorasi *the real him/her* selama berpacaran.
Umumnya pasangan hanya melakukan berbagai aktivitas bersama, tapi jarang punya keberanian melakukan dialog mendalam untuk menemukan dirinya yang asli.
Jadi intinya harus dialog-sentris, bukan sekedar aktivitas-sentris.
Apalagi karena selama masa pacaran toleransi masih tinggi sehingga asumsi tentang siapa dia diwarnai oleh persepsi yang tidak realistis.
Begitu pernikahan terjadi, langsung terkaget-kaget karena ada banyak *hidden package* yang menjadi bonus, yang baru muncul ketika situasinya kondusif.
Ternyata waktu lapar atau sakit misalnya, dia menjadi begitu emosional dan sangat tidak sabar. Perkataannya pun bisa sangat agresif.Atau ketika masuk ke soal seks, ternyata dia punya pikiran yang tidak pernah dibahas selama berpacaran.
Sekedar saran, mungkin waktu berpacaran yang ideal adalah sekitar 2-3 tahun supaya kita bisa melihatnya dalam berbagai situasi.

*Siap Mental*
Untuk seorang wanita, perlu sekali menyiapkan mental untuk menjadi penolong bagi suami dan ibu bagi anak-anak.Seringkali wanita tidak siap untuk hal itu.Apalagi karena wanita harus melahirkan anak dan mengatur rumah tangga.Karena itu wanita perlu mempersiapkan diri dengan membaca buku-buku tentang kewanitaan, anak, dan keluarga sebelum menikah.Juga perlu belajar tentang manajemen waktu dan manajemen keuangan.

*Siap-siap Menjadi PhD (**Perfect Husband and Daddy**)*
Setelah menikah, seorang wanita secara intuitif biasanya akan berubah.
Walaupun dia masih bekerja, tapi dia merasa bahwa rumah tangga adalah prioritas yang harus diutamakan.
Tapi seringkali pria tidak mengalami perubahan intuitif ini.
Karena itu secara khusus pria harus mempersiapkan perubahan mental ini, sebab kalau tidak akan terjadi benturan, yang jika tidak dibereskan akan menjadi jurang pemisah.
Lambat laun, kalau masing-masing punya aktivitas sendiri-sendiri, celah terhadap perselingkuhan akan mudah terbuka.

*Rencanakan Kehamilan*
Kalau pasangan sudah menikah, otomatis orang-orang akan bertanya, "*Sudah hamil belum*?" Walaupun begitu, sebaiknya kita jangan cepat-cepat punya anak kalau belum siap, terutama jika belum siap dari segi finansial dan pembelajaran tentang anak.

Harus dipikirkan, jika punya anak nanti apakah istri akan tetap bekerja?
Kalau ya, anak akan tinggal dengan siapa?
Kalau dengan suster, otomatis nilai-nilai dari suster-lah yang akan diturunkan ke anak.Tapi kalau istri yang mengasuh anak sehingga tidak bekerja, apakah secara finansial sudah mencukupi?

*Seimbangkan Perubahan Aktivitas*
Apakah kita sudah punya komunitas yang tepat, yang bisa mendukung pertumbuhan rohani kita dan anak-anak kita?
Kadang ada komunitas yang sangat menekankan jemaat untuk terlibat dalam pelayanan.Kalau mengurangi pelayanan berarti sudah mundur.Ini akan membuat kita merasa bersalah.Karena itu aktivitas yang dijalani ketika masih *single* dan setelah berkeluarga harus ditimbang ulang supaya terjadi keseimbangan.

*Rumah dan Mertua*
Kita harus membina hubungan yang sehat dengan keluarga besar calon pasangan kita.
Jika hubungan tidak harmonis, dikuatirkan nantinya akan terjadi intervensi dari mertua atau anggota keluarga lain.Tapi selain itu, tiap pasangan memang seharusnya tinggal sendiri (tidak tinggal di pondok mertua indah).Karena perbedaan-perbedaan yang ada dapat memicu perselisihan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.Tidak harus membeli rumah, minimal awalnya menyewa atau mengontrak.Hidup bisa dibuat menjadi lebih seimbang, sederhana, dan berkualitas, jika kita mengetahui gambaran besar dari apa yang akan dihadapi dan fondasi yang dibutuhkan untuk mewujudkan gambaran tersebut.

Alasan Yang Buruk Untuk Menikah

Semua berawal dari alasan.Atas dasar apa Anda akhirnya memutuskan untuk menikah.Hal ini juga rupanya bisa mempengaruhi kehidupan dan kisah rumah tangga Anda kelak.

Coba simak 9 alasan terburuk mengapa seseorang memilih untuk segera mengakhiri masa lajang.

*Menikah Karena Uang*
Ini sebenarnya hal yang gawat.Menikahi seseorang hanya karena ia bisa memberikan kehidupan berlimpah uang adalah alasan yang buruk.Jika pasangan Anda sampai tahu, ini bisa saja menyakiti perasaannya.
Materi memang perlu namun jika uang adalah dasar mengapa Anda menikahi seseorang, baiknya pikirkan lagi.

*Dikejar Target*
Setiap orang pasti punya target. Namun apakah kapan Anda akan menikah juga harus benar-benar memenuhi target.. Bagaimana jika akhirnya Anda bertemu seseorang yang sama sekali tidak cocok dengan Anda di akhir target itu. Apakah Anda akan nekat menikahinya?
Dan jika dalam jangka waktu yang ditetapkan ternyata Anda belum siap berumahtangga, bagaimana pula kehidupan anak istri Anda kelak?

*Ingin Tinggalkan Rumah Orang Tua*
Hal ini biasanya dialami oleh wanita.Jemu dengan kehidupan yang tak begitu bahagia dengan orang tua, anak memutuskan untuk meninggalkan rumah dengan cara menikah.Namun bukan begitu cara memecahkan masalah.
Ini seperti Anda berlari dari wajan namun tercemplung ke dalam api.Akan lebih baik Anda menahan diri hingga menemukan seseorang yang benar-benar mantap.

*Orang Tua Menyukai Calon Anda*
Ingat! Yang menikah dan akan berumah tangga adalah Anda, bukan orang tua..
Ada bagusnya saran orang tua Anda dengarkan namun jangan pertimbangkan pernikahan terburu-buru karena hal tersebut.Anda hidup di jalan Anda sendiri, untuk urusan yang satu ini usahakan keputusan benar-benar ada di tangan Anda.

*Inginkan Anak*
Menginginkan anak adalah alasan yang salah untuk banyak orang. Anda tak begitu sreg dengan pasangan, namun anak telah lahir.Ketika keinginan Anda sudah terpenuhi, Anda tetap akan berkutat dengan pasangan yang sama, yang mungkin tidak pernah Anda inginkan.Tak ada orang yang sempurna, namun bukankah orang tua harus memberikan contoh saling mengasihi dan menghormati? Pertimbangkan!

*Menikahi Selingkuhan*
Selingkuh mungkin saja indah. Tapi menikahi selingkuhan Anda belum tentu..Hubungan yang diawali dengan jalan yang salah akan berakhir tak begitu baik pula.Ini tak akan jadi landasan yang kuat, karena seseorang yang mau berselingkuh dengan Anda biasanya tak akan punya beban untuk menyelingkuhi Anda.

*Butuh Ayah/Ibu Untuk Anak Anda*
Jika Anda menemukan orang yang tepat, selamat. Namun jika tidak, jangan lakukan ini. Akan jadi lebih buruk jika anak Anda punya ayah atau ibu tiri yang mengerikan. Daripada begitu lebih baik ia punya orang tua tunggal yang sangat menyayangi dan memperhatikannya.

*Ajang Pembuktian Diri*
Ini tak pernah jadi ide yang baik karena jika teman Anda curiga Anda adalah seorang pecinta sesama jenis, menikah tak akan membuat orang berhenti mencurigai.Dengan menikah Anda malah melibatkan orang lain ke dalam masalah Anda ini. Jika Anda benar pecinta sesama jenis, menikah bukanlah obat tepat. Jujurlah pada diri sendiri.

*Tekanan Sosial*
Semua teman Anda telah menikah, bahkan beberapa diantara mereka telah bercerai.
Hanya Anda saja mungkin yang belum mencicipi kehidupan rumah tangga.
Memangnya apa yang salah dengan hal tersebut? Anda sebaiknya hidup sendiri daripada bersama seseorang dalam keterpaksaan.
Tak perlu menurunkan standar pasangan hanya karena Anda ingin segera menikah.

...(unknown)...


Yuwie - Get Friends

Jaringan BLoGGer


Read More......