Pages

BeatMaster Radio

Free Shoutcast HostingRadio Stream Hosting

Jun 21, 2010

Alasan Mengapa Piala Dunia Afrika Selatan Membosankan

Bookmark and Share

Putaran kedua Piala Dunia Afrika Selatan akan segera tiba. Sejauh ini pandangan banyak pihak yang terdengar adalah hajatan akbar empat tahunan sepak bola kali ini sebagai yang terburuk sepanjang sejarah. Ini bahkan terburuk jika dibandingkan dengan Piala Dunia 2002 di Jepang dan Kora Selatan, dengan keputusan-keputusan kontroversialnya.

Ada banyak alasan mengapa penyelenggaraan Piala Dunia dinilai buruk. Untuk menyalahkan kesalahan kepada Jabulani, di mana banyak pemain yang mengecam produk Adidas ini memang terlalu gampang.

Namun, ada beberapa masalah yang timbul atau bahkan yang tidak terlihat atau setidaknya belum dikeluhkan para pemain. Ada lebih dari lima alasan kenapa Piala Dunia kali ini diklaim sebagai yang terburuk. Salah satunya adalah kondisi lapangan yang jika dibandinkan dengan lapangan di Eropa jauh dari memuaskan. Kurangnya kesedian menerima tamu ditambah kurangnya keamanan, yang membuktikan bahwa Afrika secara sederhananya tidak siap menjadi tuan rumah Piala Dunia. Tapi sejauh ini ada alasan vital mengapa laga kali ini begitu mengecewakan banyak pihak.

Jabulani
Diyakini sebagai bola terburuk Piala Dunia sepanjang sejarah, produk Adidas ini bahkan lebih buruk ketimbang Fevernova, bola resmi di Piala Dunia 2002.
Julio Cesar, kiper Brasil mengandaikan Jabulani seperti bola yang dibeli di toko serba ada. Buffon, yang akan menjalani operasi punggung mengaku sedih melihat turnamen sepenting Piala Dunia harus dimainkan dengan bola yang tak layak dipakai seperti Jabulani.

Sedikitnya gol yang tercipta
Piala Dunia Afsel juga dicap sebagai turnamen dengan rasio rata-rata gol yang tercipta terendah sepanjang sejarah. Lagi-lagi Jabulani diyakini menjadi biang keladinya.
Dari pemain hingga pelatih banyak mengkritik bola yang bentuknya lebih bulat tersebut. Setelah melihat rata-rata pertandingan, bisa dipahami jika turnamen kali ini membosankan dan sangat tak menarik untuk ditonton.
Keluhan tak menariknya Piala Dunia kali ini juga banyak datang dari para fans yang sempat menonton pertandingan. Mereka merasa ajang Piala Dunia Afrika Selatan “memang belum dimulai”. Atmosfir di sekeliling pertandingan juga diklaim belum terbangun.
Fans mengaku dalam beberapa pertandingan berjalan membosankan. Mereka bahkan memilih untuk pergi meninggalkan stadion ketika permainan masih berjalan.

Gagalnya tim raksasa-raksasa sepak bola
Jika media bisa menjadi salah satu pihak yang disalahkan, terutama dengan tekanan gila kepada pemain yang mewakili negaranya, tudingan pun diarahkan kepada para pemain dan manajer. Kegagalan mereka dalam memberikan tontonan yang menghibur menambah panjang daftar kegagalan Piala Dunia kali ini.
Hal di atas bisa dilihat pada performa macan-macan Eropa seperti Spanyol, Inggris, Prancis, dan Jerman. Kegagalan taktik Fabio Capello ditambah buruknya penampilan Steven Gerrard dan kawan-kawan mengancam posisi The Three Lions yang berpeluang tersingkir pada babak penyisihan Grup C. Itu ditambah ego-ego besar yang menyelimuti para pemain Spanyol yang dipermalukan Swiss 1-0 ketika mengawali laga awal Grup H. Prancis, kerukunan yang sempat rekat di antara pemain kini terancam buyar setelah Raymond Domenech mencoret dan mengusir Nicolas Anelka usai membentaknya.
Tidak semua macan Eropa tampil buruk. Belanda, juara Eropa 1988, Brasil favorit kuat juara kali ini dan Argentina yang performanya sedang menggeliat mampu memberikan sedikit hiburan.

Tak ada sahutan fans
Sebelum Piala Dunia Afsel digelar, sulit membayangkan jika pesta akbar sepak bola kali ini akan kurang greget. Namun itu berubah drastis setelah fans tuan rumah secara heboh meniupkan vuvuzela, terompet yang suaranya bahkan mengalahkan desing pesawat jet di sepanjang permainan.
Tidak ada lagi sahut-sahutan fans membahan di stadion seperti biasa terdengar dalam pertandingan-pertandingan sepak bola di Eropa.

Sumber: Tempointeraktif


0 comments: